Viral! Karena Banyak Kutu Siswi SD di Cianjur Digunduli oleh Gurunya, Sampai Trauma Tidak Mau Sekolah
SuaraGarut.id - Viral seorang siswi SD di Kabupaten Cianjur menangis dan alami trauma usai digunduli gurunya. Diduga tindakan guru tersebut dilakukan dengan dalih rambut siswi itu tidak terawat dan berkutu.
Dalam video viral yang beredar, tampak siswi tersebut tengah dicukur oleh gurunya. Terlihat juga banyak kutu yang bermunculan ketika sang guru menyisir kepala siswi tersebut dengan alat cukur.
Pada video lainnya, tampak siswa tersebut sedang berada di rumah dalam keadaan menangis dan terduduk dengan kepala yang sudah botak.
"Saurna uih sakola, murangkalih nangis digundulan ku guruna (katanya pulang sekolah, anak nangis digunduli oleh gurunya)," ujar seseorang yang memideokan kondisi siswa.
Pemideo siswa itu juga menyayangkan aksi guru tersebut yang malah menggunduli siswi yang disebutnya masih bagian dari keluarganya.
"Na teu aya cara nu sanes dugika digundulan (memang tidak ada cari lain sampai digunduli)," sesalnya.
Dia juga meminta pertanggungjawaban dari pihak sekolah. Sebab siswi tersebut menjadi enggan bersekolah sekalipun dipindahkan ke sekolah lain.
"Murangkalih teh janten isin sakola, alim sakola. Pindah sakola ge alim. (Anaknya jadi malu sekolah, tidak mau sekolah. Pindah sekolah pun tidak mau)," tuturnya.
Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur Aripin, mengatakan peristiwa viral itu terjadi di SDN Babakan, Kecamatan Cikadu. Menurut dia, siswa tersebut memang digunduli oleh salah seorang guru.
"Betul kejadian itu di SDN Babakan. Tujuannya memang baik, tapi pelaksanaannya yang salah," kata Aripin.
Menurut dia, guru tersebut informasinya ingin membersihkan kutu pada rambut siswi tersebut. Namun seharusnya saat pelaksanaan berkoordinasi terlebih dahulu dengan orangtuanya.
"Sekali lagi tujuannya sangat baik, karena isunya anak itu rambutnya kurang terurus dan ada kutunya. Tapi itu kan isu. Seharusnya berkoordinasi dengan orangtua murid. Itu namanya anak diperintahkan nurut, tapi orangtuanya belum tentu menerima," jelas Aripin.
"Kami menyayangkan itu ada pendampingan orang tua. Kalau anak laki-laki ada dalam kewajaran, tapi itu perempuan. Beda psikologinya," tambahnya.
Dia mengatakan Disdikpora akan melakukan pendampingan agar siswi tersebut bisa kembali bersekolah. "Kami terus koordinasi untuk pemulihan psikologinya. Anak itu pada hari ini tidak masuk. Kami akan pulihkan agar siswi itu bisa secepatnya bersekolah lagi," pungka Aripin.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.