Maulud Nabi Muhammad, Fatayat NU Garut Baca Istighosah dan Barzanji, Lalu Upgrading Komunikasi Profetik
Suara Garut - PC Fatayat NU Garut menyelenggarakan istighosah dan pembacaan barzanji pada sabtu, 14 september 2024. Acara yang berlangsung di Aula STIEBNU Garut tersebut dilaksanakan dalam rangka Maulud Nabi Muhammad SAW.
Ketua PC Fatayat NU, Hj. Ai Sadidah, M.Si, M.Pd, dalam sambutannya menyampaikan bahwa istighosah dan membacakan barzanji di kalangan nahdliyyin (warga nahdlatul ulama) merupakan kegiatan rutin yang berlangsung di setiap pengajian dan masjid-masjid.
Kegiatan tersebut akan lebih sering lagi ketika bulan Maulud Nabi Muhammad SAW datang. Hampir tiap rumah mengadakan perayaan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut. Menurutnya hal tersebut merupakan bentuk kecintaan umat muslim kepada Nabi Besar SAW, salah satunya melalui pembacaan sholawat atas nabi dan keluarga, serta sahabat-sahabatnya.
Acara Istighosah dan pembacaan barzanji dipimpin oleh Umi Julaeha selaku pengurus Forum Daiyah Fatayat (Fordaf) PC Fatayat NU Garut.
Selain itu, Ketua PC Fatayat NU Garut menyampaikan bahwa selain pembacaan istighosah, PC Fatayat NU Garut juga menyelenggarakan upgrading komunikasi profetik sebagai upaya refleksi atas kepemimpinan perempuan melalui tulisan.
Kegiatan upgrading merupakan kelanjutan rangkaian kelas menulis yang telah diselenggarakan beberapa waktu sebelumnya.
Ia berharap kegiatan upgrading akan memberi bekal bagaimana memulai menulis bagi pengurus Fatayat NU baik di tingkat cabang, maupun di tingkat anak cabang.
Hadir dalam kegiatan sekitar 50 peserta yang berasal dari perwakilan pengurus PC Fatayat NU serta perwakilan dari 40 PAC yang tersebar dari seluruh kecamatan yang ada di kabupaten garut.
Haryadi Mujianto, M.M., M.Si, selaku pemateri menyampaikan bahwa penting bagi seorang perempuan untuk menuliskan segala kiprahnya agar mampu menginspirasi perempuan-perempuan lainnya.
Selain karena perempuan memiliki ingatan yang kuat, Haryadi juga mencontohkan bagaimana Rasulullah SAW memilih Siti Aisyah RA sebagai salah satu perawi hadis terkemuka yang paling banyak meriwayatkan hadis, di mana sebagian besar murid-muridnya adalah para sahabat yang sebagian besar adalah laki-laki.
Sementara Dr. Chotijah Fanaqi, M.I.K selaku pemateri kedua menyampaikan refleksi kepemimpinan perempuan dalam bentuk tulisan.
Chotijah Fanaqi memaparkan bahwa kisah kartini bukan hanya berkisah mengenai perjuangan seorang perempuan dari tanah jawa.
Tapi lebih jauh dari itu, perjuangan kartini mampu melampaui sekat wilayah dan gender karena ia menulis.
Surat-surat yang ia kirimkan kepada beberapa sahabatnya di Eropa telah dibukukan dengan judul habis terang terbitlah terang, banyak menginspirasi banyak orang bahwa pada jaman kolonial dan terjadi di tanah jawa yang budaya patriarkhal nya masih sangat kental, Kartini mampu mendobrak ketidakadilan melalui caranya, melampaui jamannya. Selanjutnya Chotijah Fanaqi memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah memulai tulisan dalam bentuk essay.
Menurutnya essay merupakan bentuk tulisan yang relatif longgar dalam tekniknya. Selain melalui kerangka tulisan, penulisan essay bisa juga dalam bentuk bebas dan bentuk buritan, disesuaikan dengan kemauan serta kemampuan penulis.
Ia sebagai pemateri mengajak kepada para peserta yang sebagian besar merupakan kader dan pengurus Fatayat di tingkatannya masing-masing untuk mulai menuliskan segala ide dan gagasannya mengenai Fatayat NU. Ia menyampaikan bahwa memulai menulis bukan hal yang mudah jika kita tidak memulainya dari refleksi atas kiprahnya selama ini di Fatayat.
Selain itu, upaya deskripsi atas refleksi bisa dilakukan melalui penggunaan seluruh panca indera sebagai upaya penggambaran yang utuh mengenai motivasi, perjuangan, kiprah, serta tantangan yang mereka hadapi selama berkhidmat di fatayat NU.
Acara upgrading berlangsung hangat dengan adanya beberapa pertanyaan dari peserta. Sebagian besar pertanyaan bertanya seputar strategi dalam mengatasi kebuntuan berfikir, serta upaya memulai menulis yang sangat sulit dirasakan para pengurus fatayat yang sebagian besar lebih memiliki keahlian dalam berceramah, dibandingkan menulis.
Chotijah Fanaqi membagikan pengalamannya terkait meningkatkan mood menulis adalah selain tuntutan untuk membaca karya orang lain, menulis bisa dilakukan melalui aktivitas komunikasi verbal yang dituliskan atau direkam. Hal tersebut menurutnya terbukti efektif karena banyak membantu para ulama perempuan yang mencoba mengembangkan teknik menulis.
Sementara Haryadi Mujianto menjelaskan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang perlu dilakukan secara rutin dan menjadi kebiasaan. Maka penting untuk menggunakan rasa dalam menulis, serta menggunakan indera penglihatan dan pendengaran yang dimiliki. Dengan begitu, maka tulisan yang tercipta akan menarik karena berangkat dari ungkapan hati.
Di akhir kegiatan, Resty Mustika Pratiwi, M.I.Kom, selaku moderator mengajak seluruh peserta untuk memulai menuliskan segala pengalaman yang dimiliki peserta dari sudut pandang orang pertama. Moderator menggarisbawahi bahwa tulisan yang menginspirasi adalah tulisan yang berasal dari refleksi dan pengalaman khas perempuan.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.