Beranda Menggali Asal-Usul Panjat Pinang: Tradisi dengan Ragam Budaya dan Makna dalam

Menggali Asal-Usul Panjat Pinang: Tradisi dengan Ragam Budaya dan Makna dalam

Oleh, Redaksi
13 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Ilustrasi panjat pinang/www.froyonion.com

SuaraGarut.id - Panjat pinang bukan hanya menjadi lomba paling ditunggu saat perayaan HUT Kemerdekaan RI, tetapi juga menyimpan akar budaya dan makna filosofis yang kaya.

Menurut buku Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal karya Fandy Hutari, tradisi panjat pinang berasal dari budaya Tionghoa dan dikenal sebagai qiang gu, yang telah ada sejak masa Dinasti Ming. Awalnya, permainan ini terkait dengan Festival Hantu dan populer di wilayah selatan Tiongkok seperti Fujian dan Guangdong

Di Indonesia, tradisi ini mulai dikenal pada era kolonial Belanda sekitar 1930-an. Pada masa itu, lomba panjat pinang disebut de Klimmast, diselenggarakan dalam berbagai acara seperti pernikahan, ulang tahun, dan hajatan kolonial Belanda. Hadiahnya berupa keju, gula, pakaian, dan makanan lainnya — barang-barang yang dianggap mewah oleh masyarakat pribumi.

Kasat Narkoba AKP Usep Sudirman, S.H., menjelaskan bahwa peserta lomba adalah orang pribumi yang berlomba untuk mendapatkan hadiah, sementara para kolonial Belanda menyaksikan sambil tertawa. Hal ini menunjukkan ketimpangan sosial yang terpampang jelas—perlombaan menjadi hiburan yang merendahkan bagi masyarakat lokal.

Rianto Jiang mencatat bahwa tradisi serupa telah ada di Tiongkok dan dilarang di bawah Dinasti Qing karena menyebabkan korban jiwa; namun kemudian dibangkitkan kembali saat pendudukan Jepang, khususnya di Taiwan, sebagai bagian dari Festival Hantu.

Setelah kemerdekaan Indonesia, makna lomba ini pun berubah. Dari yang dahulu hanya hiburan kolonial, kini panjat pinang diadopsi sebagai simbol perjuangan, solidaritas, dan semangat gotong royong. Menurut Fandy, hadiah di puncak pohon bisa diibaratkan sebagai kemerdekaan yang diraih bersama, "pelan tapi pasti, dengan kerja sama, dan dibagi secara merata".

Struktur permainan lahir dari tantangan fisik—batang pinang yang dilumuri oli membuat pendakian menjadi sulit. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh dokumen sejarah dan pandangan masyarakat saat ini.

Sumber RRI, Detik, Liputan6.com 

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.