Beranda Pakar ITB Nilai Indonesia Belum Siap Terapkan BBM Etanol 10 Persen pada 2026

Pakar ITB Nilai Indonesia Belum Siap Terapkan BBM Etanol 10 Persen pada 2026

Oleh, Redaksi
1 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Ilustrasi penggunaan etanol 10 Persen/Pertamina

Jakarta, SuaraGarut.id – Pemerintah berencana mewajibkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan kandungan etanol 10 persen mulai tahun depan. Namun, pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menilai kebijakan tersebut masih terlalu terburu-buru untuk diterapkan.

Dosen Program Studi Teknik Pangan FTI ITB, Profesor Ronny Purwadi, mengatakan bahwa jika melihat kondisi saat ini, Indonesia belum siap menerapkan kebijakan wajib BBM etanol 10 persen pada 2026. Menurutnya, industri bioetanol dalam negeri belum cukup matang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

“Hitung-hitungannya belum, karena kalau kita mengandalkan industri bioetanol tahun ini, jawabannya belum (siap). Kalau kita bangun mulai hari ini juga pabriknya, saya nggak yakin juga,” ujar Prof. Ronny Purwadi di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (20/10).

Ia menambahkan, meski kebijakan ini memiliki tujuan baik, realisasinya harus disertai perencanaan yang matang. “Cita-cita baik, tapi realisasinya harus dihitung, mudah-mudahan mimpi itu tidak padam,” tambahnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyampaikan bahwa mulai tahun depan Indonesia akan menggunakan BBM dengan campuran etanol atau metanol 10 persen. Langkah ini diambil untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis minyak mentah.

“Sudah diumumkan oleh Menteri ESDM, pada tahun depan direncanakan, kita sudah mulai pakai premium atau bensin campur, 10 persen etanol atau metanol,” kata Zulhas pekan lalu.

Ia juga menjelaskan bahwa pemerintah sedang mendorong pengembangan bahan baku etanol dari tanaman lokal seperti tebu dan singkong. “Oleh karena itu, kita sekarang besar-besaran untuk mengembangkan tebu dan singkong (sebagai bahan baku etanol),” ujarnya.

Zulhas menegaskan bahwa kebijakan tersebut bersifat wajib, namun penerapannya tetap harus mempertimbangkan kesiapan infrastruktur. “Wajib. Tapi kalau kita sudah siap ya, perintah Bapak Presiden begitu,” katanya.

 

Menurutnya, penerapan BBM E10 juga akan memberikan dampak positif bagi perekonomian rakyat karena bahan bakunya berasal dari pertanian lokal. “Jadi artinya program itu akan menggerakkan ekonomi rakyat itu luar biasa. Karena bahan bakunya kan singkong, tebu, dan satu lagi jagung,” ujar Zulhas.

Sumber Detikcom 

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.