Wakil Ketua DPC PKB Idham Sebut Pilkada Garut, Tidak Pernah Incumbent Menang Lebih Dari 50 Persen
SuaraGarut.id - Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Garut 2024 semakin menarik untuk dicermati. Seluruh kandidat beserta tim suksesnya sedang mengupayakan segala cara agar jagoannya menang pada Pilbup yang rencananya digelar di bulan November tahun ini.
Salahsatu hal yang menarik dari perhelatan Pilkada langsung adalah survei. Hasil survei selalu menjadi hal yang menarik. Tak terkecuali di Pilkada Garut. Kedua belah pihak meyakini bahwa hasil survei mereka unggul.
Wakil Ketua DPC PKB Kabupaten Garut, Idham Kholid mengaku tidak gentar dengan hasil survei yang selama ini di klaim oleh salah satu peserta.
"Yang namanya klaim kan biasa saja, justeru kelihatan bahwa hasil survei bagi mereka adalah untuk propoganda. Hanya untuk campaign saja," kata Idham.
Idham paham betul dengan operasi kampanye seperti itu. Apalagi dengan sistem pemilihan yang melibatkan banyak orang.
Supaya gampang, kata Idham hasil dari Pilkada 2018 bisa menjadi rujukan.
"Penjelasannya sangat sederhana. Kita kan sudah beberapa kali menggelar pilkada langsung. Dari mulai 2008 sampai sekarang 2024. Coba tunjukan datanya, mana Incumbent yang mendapatkan hasil diatas 50%? Tidak ada," jelas Idham.
Rudy-Helmi yang pada waktu Pilkada 2018 maju sebagai Incumbent hanya meraih tidak lebih dari 35%. Artinya kata Idham, sebanyak 65% tidak memilih pasangan Incumbent.
"Hanya saja 65% itu terdistribusi ke 3 pasangan Calon lain. Bahkan selisih antara Rudy-Helmi dengan runner up Iman - Dedi Hasan, hanya terpaut 2 persen. Cek aja datanya," ujranya.
Padahal, Rudy - Helmi sebelum pemilihan mereka mengklaim popularitas dan elektabilitas nya lebih dari 80%. Jauh diatas pasangan lainnya.
Kecenderungan masyarakat Garut untuk tidak memilih incumbent sangat tinggi. Kata Idham ini merupakan fenomena yang menarik. Masyarakat Garut cenderung untuk tidak memilih pasangan petahana.
"Masayarakat Garut apalagi, itu sangat dinamis menentukan pemilihan kadang sampai di hari H. Belum lagi faktor tokoh yang menjadi patronase pemilih. Itu tidak tercover oleh hasil survei yang digelar jauh jauh hari ssbelum pemilihan. Dan yang unik mereka cenderung tidak memilih petahana," jelas nya.
Pasangan Syakur-Putri kata Idham, diuntungkan dengan menjadi satu satunya kandidat penantang petahana.
"Kalau ilustrasinya pada Pilkada kemarin, maka yang tidak memilih incumbent akan menetukan pilhannya ke yang non incumbent. Dan dalam konteks Pilkada 2024 ini, hanya Syakur-Putri," ujar Idham.
Idham Kholid yang juga Ketua Lembaka Kajian Pengembangan Manusia ini mengungkapkan bahwa dirinya tidak mau mengklaim soal ilustrasi itu secara mentah. Tetapi, pemilih yang tidak memilih incumbent, secara sederhana bisa ditafsirkan mereka menginginkan figur baru dibanding dengan figur petahana.
"Karena memang tidak ada survei yang meneliti. Seandainya Pilkada 2018 itu diikuti hanya oleh 2 Calon, apakah distribusi suara pasangan Agus Hamdani - Adit dan Isur Suryana - Wiwin akan terdistribusi ke pasangan mana? Apakah ke Rudy-Helmi apa ke Iman - Dedi Hasan. Tapi faktanya, suara Rudy - Helmi jauh dari angka 50%," jelasnya.
"Makanya kita fokus kepada kampanye produktif, dengan menawarkan program kerja yang akan kita tawarkan kepada pemilih. Bagaimana meningkatkan PAD untuk kesejanteraan masyarakar serta politi anggaran yang pro masyarakat," katanya.***
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.