BPKN Ingatkan Masyarakat Waspada Terhadap Emas Palsu dan Investasi Emas yang Spekulatif
SuaraGarut.id - Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam membeli emas sebagai instrumen investasi, mengingat adanya dugaan peredaran emas palsu yang semakin marak. Ketua Komisi Komunikasi dan Edukasi BPKN, Heru Sutadi, mengimbau pembeli untuk memastikan bahwa emas yang mereka beli memiliki sertifikasi resmi dan benar-benar asli. Ia menekankan pentingnya kecermatan dalam memeriksa keaslian dan kualitas produk yang dibeli.
Dalam kesempatan tersebut, Heru juga menegaskan bahwa konsumen perlu memperhatikan kadar karat emas yang dibeli, seperti 24 karat, Logam Mulia, atau 18 karat. Ia mengingatkan agar masyarakat tidak tergiur dengan tawaran emas 18 karat yang dijual dengan klaim 24 karat. "Kita harus berhati-hati. Jangan sampai membeli emas 18 karat, tetapi dijual sebagai 24 karat," ungkapnya.
Menurut Heru, dalam membeli emas, masyarakat juga perlu memastikan kadar karatnya, seperti 24 karat, Logam Mulia, atau 18 karat. "Kita harus berhati-hati. Jangan sampai beli emas 18 karat, tapi dijual sebagai 24 karat," ujarnya.
Heru menyarankan agar masyarakat sebagai konsumen bersikap kritis dan cerdas dalam memilih instrumen investasi, termasuk investasi emas. "Kalau dilihat trennya, harga emas memang naik, tetapi kenaikannya tidak cepat dan membutuhkan waktu yang cukup lama," ucapnya.
Meski demikian, ia mempersilakan masyarakat untuk berinvestasi emas dalam jangka panjang. Namun, jika investasi dilakukan dalam jangka pendek untuk tujuan spekulatif, maka masyarakat harus lebih waspada.
"Risiko penurunan harga masih terbuka, karena hal ini berkaitan dengan stabilitas ekonomi global dan suku bunga," katanya. Terkait investasi, Ia menjelaskan bahwa BPKN terus memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak terjebak dalam spekulasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Kita berharap masyarakat sebagai konsumen bisa kritis dan cerdas dalam memilih instrumen investasi. Sebaiknya jangan hanya ikut-ikutan dalam menentukan pilihan investasi," ujarnya.
Sumber RRI
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.