Beranda Infak Rp500 Sehari, Tamasya An Nisa Garut Jadi Inspirasi Pendidikan Anak Petani

Infak Rp500 Sehari, Tamasya An Nisa Garut Jadi Inspirasi Pendidikan Anak Petani

Oleh, Redaksi
3 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Kunjungan Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia, Wihaji ke Tamsya An Nur di Makermukti Garut Jawa Barat

SuaraGarut.id – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia, Wihaji, melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Garut, Selasa 11 November 2025. 

Dalam kunjungan tersebut, ia meninjau langsung sejumlah program keluarga berkualitas di Kecamatan Caringin, termasuk Tamasya An Nisa — sebuah tempat asuh dan pembelajaran anak yang hanya meminta infak Rp500 per anak per hari.

Tamasya An Nisa menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat pedesaan dapat bergotong royong menyediakan pendidikan dan pengasuhan bagi anak-anak petani tanpa membebani biaya. Di tempat ini, anak-anak belajar, bermain, dan mendapatkan perhatian dari para pengasuh meski orang tuanya bekerja di sawah atau ladang.

“Saya baru menemukan satu di Indonesia seperti ini. Infaknya cuma 500 perak per anak per hari, tapi anak-anak bisa diasuh dan diajari dengan baik,” ujar Menteri Wihaji saat meninjau lokasi.

Menurut Wihaji, konsep Tamasya An Nisa mencerminkan semangat integrasi antara masyarakat dan pemerintah dalam membangun keluarga berkualitas. Program seperti ini, katanya, selaras dengan visi pembangunan keluarga nasional yang menekankan pentingnya pengasuhan dan pendidikan sejak dini.

“Ini bentuk nyata kolaborasi. Pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat bersatu memastikan anak-anak mendapat pola asuh yang baik, walaupun orang tuanya bekerja,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa Tamasya An Nisa merupakan bagian dari program nasional Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), yang telah tersebar di lebih dari 3.000 titik di seluruh Indonesia. Namun, yang di Garut ini memiliki keunikan tersendiri karena dikelola secara swadaya dengan sistem infak harian.

“Guru-gurunya luar biasa. Mereka bilang gajinya ‘sajuta’: sabar, jujur, tawakal. Tapi dari keikhlasan itu lahir pendidikan yang penuh makna. Kami akan bantu menambah ruang belajar karena jumlah anak sudah mencapai 56 orang,” tambahnya.

Sekar Anjung, mewakili Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Jawa Barat, Dadi Ahmad Roswandi, menuturkan bahwa Tamasya An Nisa lahir dari kepedulian masyarakat terhadap anak-anak petani di daerah tersebut. 

“Awalnya para ibu kebingungan. Kalau mereka ke sawah, anaknya ikut dan bermain di lumpur. Akhirnya anak-anak dititipkan ke Bu Juju. Karena semakin banyak yang nitip, dibuatlah tempat penitipan yang juga memberikan pembelajaran,” katanya.

Sekar menambahkan bahwa infak Rp500 per hari bersifat sukarela sebagai bentuk partisipasi orang tua. 

“Kalau dimintai bayaran pasti berat, jadi konsepnya infak seikhlasnya. Dari uang itu anak-anak bisa dapat alat tulis, mainan edukatif, dan kegiatan belajar. Tujuannya bukan sekadar penitipan, tapi pembinaan karakter sejak dini,” ujarnya.

Selain meninjau Tamasya An Nisa, Menteri Wihaji juga mengunjungi rumah warga yang termasuk kategori Keluarga Risiko Stunting (KRS) di Kecamatan Caringin. Dalam kunjungan tersebut, ia menyalurkan bantuan berupa renovasi rumah, perbaikan MCK, pengobatan, serta dukungan kepesertaan BPJS Kesehatan.

“Kami ingin memastikan keluarga berisiko stunting mendapatkan pendampingan langsung. Tidak hanya anaknya yang sehat, tapi ibunya juga bahagia dan lingkungannya mendukung. Karena dari keluarga yang kuat akan lahir generasi emas Indonesia,” tutur Wihaji menutup kunjungannya.***

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.