SPPG Kadungora Diduga Jadi Penyebab Keracunan Massal, Pernah Dikritik Wakil Ketua DPR RI
SuaraGarut.id – Kasus keracunan massal yang menimpa ratusan pelajar di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, diduga kuat berasal dari makanan Menu Bergizi Gratis (MBG) yang diproduksi oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Ironisnya, dapur penyedia makanan ini sebelumnya sempat mendapat teguran langsung dari Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurizal.
Peristiwa keracunan terjadi pada Selasa, 30 September 2025. Ratusan siswa dari SDN 3 Talagasari, SMPN 1 Kadungora, SMP PGRI, dan SMA Annisa mengalami gejala mual, muntah, diare, hingga sesak napas usai menyantap MBG. Menu yang disajikan saat itu berupa nasi, daging sapi berbumbu, kacang edamame, kol, timun, pisang ukuran kecil, serta susu bantal cokelat.
Salah satu korban, Rahmawati (14), mengaku merasa janggal setelah meminum susu.
"Rasanya aneh, runyam di mulut," ucapnya, Rabu 1 Oktober 2025.
Anggota Komisi IV DPRD Garut, Yudha Puja Turnawan, menyampaikan bahwa informasi dari Satgas Badan Gizi Nasional (BGN) memang mengarah pada salah satu dari dua SPPG di Kadungora.
"Ya, menurut keterangan dari pihak Satgas BGN memang betul penyedia MBG yang menyebabkan ratusan siswa keracunan adalah yang beberapa waktu ditegur Pak Wakil Ketua DPR RI, Pak Cucun Ahmad Syamsurijal," jelasnya.
Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, membenarkan hal tersebut.
"Benar, SPPG tersebut yang dikunjungi Pak Cucun. Jadi kan ada dua SPPG di Kadungora, satu Al Bayyinah, satu lagi yang ini," katanya.
Pemkab Garut telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) dan menutup sementara dapur SPPG yang terlibat. Syakur menegaskan penanganan dan penyelidikan akan terus dilanjutkan.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurizal, bersama Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nihayatul Wafiroh, dan perwakilan Kementerian Kesehatan serta BGN mengunjungi dapur SPPG di Kadungora pada Jumat, 26 September 2025. Kunjungan ini dilakukan setelah kasus keracunan pertama terjadi.
Dalam pertemuan tersebut, Cucun menyoroti kualitas menu dan kondisi dapur. Ia mempertanyakan ukuran pisang yang terlalu kecil untuk menu anak sekolah.
"Ini pisang segede gini? Berapa kali dikasih? Ini enggak manusiawi," ungkapnya.
Pihak pengelola menjawab bahwa pisang berukuran kecil dikompensasi dengan tambahan protein hewani. Namun, Cucun menanggapinya dengan kritis.
"Protein hewani segede gini? Yuk itung-itungan sama saya. Saya bisa ngitung yang gini lho," balasnya.
Selain itu, ia menilai sistem sanitasi dan kebersihan dapur masih buruk.
"Sanitasinya, higienitasnya, pembuangan airnya, semuanya perlu dipertanyakan. Saya minta satu bulan harus ada perbaikan. Padahal ini sudah beroperasi sejak Januari," tegasnya.
Fakta terbaru menunjukkan menu yang dikritisi Cucun saat kunjungan masih sama dengan makanan yang dikonsumsi para siswa korban keracunan, baik dari segi porsi, jenis bahan, maupun kualitas penyajiannya.***
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.