Beranda Jurnalis Jabar Gagas Jurnalisme Keluarga, Dukung Ketahanan Keluarga

Jurnalis Jabar Gagas Jurnalisme Keluarga, Dukung Ketahanan Keluarga

Oleh, Redaksi
12 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Kepala DP3AKB Jawa Barat, Siska Gerfianti

IPKB Jawa Barat Dorong Jurnalisme Keluarga Sebagai Upaya Baru Perkuat Pembangunan Keluarga

SuaraGarut.id – Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Barat mendorong lahirnya pendekatan baru dalam praktik jurnalistik yang menempatkan isu keluarga sebagai poros utama, melalui gagasan yang mereka sebut sebagai “jurnalisme keluarga.” Gagasan ini mengemuka dalam media briefing dan konsolidasi organisasi IPKB yang digelar di Operation Room Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jawa Barat, Selasa 22 Juli 2025.

Ketua IPKB Jawa Barat, Najip Hendra SP, menyampaikan bahwa jurnalisme keluarga merupakan transformasi visi dari praktik jurnalistik yang selama ini berjalan. Setelah pada Februari lalu mendeklarasikan Perkumpulan Jurnalis Peduli Keluarga, kini IPKB melangkah lebih jauh dengan memperkuat arah editorial yang mendukung pembangunan keluarga.

“Family journalism atau jurnalisme keluarga merupakan transformasi visi jurnalisme kita. Genre ini berupaya menjadikan keluarga sebagai isu sentral pembangunan. Pengarusutamaan pembangunan keluarga merupakan tanggung jawab kita para jurnalis yang juga menjadi anggota keluarga,” jelas Najip.

Najip menyebutkan, jurnalisme keluarga lahir dari kepedulian terhadap isu-isu seperti ketahanan keluarga, kesehatan, perlindungan anak, hingga percepatan penurunan stunting. Menurutnya, para jurnalis memiliki posisi yang sangat strategis, baik dari sisi kompetensi maupun jejaring.

“Dari sisi jejaring, jurnalis memiliki aksesibilitas luas. Bisa menghubungi siapa saja, kapan saja. Jurnalis juga dekat dengan pimpinan daerah. Di situ ada gubernur atau bupati atau wali kota, di situ ada media. Artinya, di situ ada jurnalis,” ujar Najip.

Kekuatan itu, tambahnya, bisa menjadi daya dorong dalam menyuarakan advokasi pembangunan keluarga kepada para pengambil kebijakan. Jurnalisme keluarga, menurut Najip, akan lebih berpihak pada korban dalam peristiwa kekerasan rumah tangga, serta mengedepankan sudut pandang pemberdayaan keluarga.

“Kami juga mencoba mengkonstruksi sebuah pemberitaan yang lebih mengedepankan pada pemberdayaan keluarga. Kami meyakini keluarga berdaya menjadi penopang utama ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Ini yang kemudian menjadi tulang punggung pembangunan bangsa,” lanjutnya.

Najip menegaskan, jurnalisme keluarga hadir sebagai dedikasi jurnalis terhadap peran keluarga dalam pembangunan nasional. “Kami mendedikasikan jurnalisme keluarga untuk keluarga dan bangsa, for family for nation,” ucap Najip yang kini tercatat sebagai mahasiswa program doktoral Ilmu Manajemen di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Apresiasi DP3AKB Jawa Barat

Gagasan ini mendapatkan sambutan positif dari Kepala DP3AKB Jawa Barat, Siska Gerfianti. Ia menyatakan bahwa jurnalisme keluarga adalah sebuah kekuatan baru yang dapat memperkuat upaya mewujudkan keluarga berkualitas di Jawa Barat.

Siska yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK dan Ketua Tim Pembina Posyandu Provinsi Jawa Barat, menjelaskan ada tiga peran strategis media dalam pembangunan keluarga. Pertama, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu perempuan, anak, dan kependudukan.

“Jadi, ini tiga peran penting media bagi kami itu. Pertama, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pengendalian penduduk dan juga urusan perempuan dan anak. Ya, banyak hal yang ternyata kasus terakhir misalnya di Garut itu juga bentuk bullying yang sebetulnya rada parah. Nah, kalau tidak ada media yang memberitahukan, kan kesadaran masyarakat tidak ada. Ya, disangkanya ah eta mah bercanda we, gitu ya. Padahal bukan,” jelas Siska.

Peran kedua, lanjut Siska, adalah dalam penyebarluasan informasi. Ia menyebut bahwa media memiliki peran penting dalam menyampaikan berbagai program pemerintah kepada masyarakat secara luas.

“Suka reueus gitu ya kalau satu berita teh tiba-tiba berebet, berebet, berebet. Belum diterimakasihin yang berita yang satu, sudah muncul lagi berita yang kedua. Kadang-kadang mah aduh ternyata jempolku rada leuleus gitu, ya. Hatur nuhun pisan, Akang-Teteh,” tutur Siska dengan nada bersahabat.

Peran ketiga, menurutnya, adalah kemampuan media dalam mempengaruhi opini masyarakat. Ia mengajak para jurnalis untuk menyampaikan berita yang tidak hanya benar, tetapi juga baik.

“Ya, kalau dulu mah selalu bad news is good news gitu, ya. Kalau sekarang harus good news is good news gitu, kan. Bagaimana kita menyampaikan berita-berita baik yang dapat mempengaruhi opini masyarakat, juga mengandung informasi yang baik dan benar. Karena tadi, kita ingin membentuk manusia di Jawa Barat ini menjadi yang memiliki karakter Panca Waluya: cageur, bageur, bener, pinter, dan singer. Nah, ini tentu kita ingin dibantu oleh teman-teman, Akang-Teteh semua,” pungkasnya.***

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.