Beranda Kemendukbangga Evaluasi Quick Wins 2025, Dorong Sinergi Daerah Capai Target Pembangunan Keluarga

Kemendukbangga Evaluasi Quick Wins 2025, Dorong Sinergi Daerah Capai Target Pembangunan Keluarga

Oleh, Redaksi
9 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Sekretaris Kemendukbangga/Sekretaris Utama BKKBN, Prof. Budi Setiyono/IST

SuaraGarut.id – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) atau BKKBN menggelar kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Quick Wins dan Dana Alokasi Khusus (DAK) 2025 Program Bangga Kencana dan Sub Bidang Keluarga Berencana. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat di Grand Sunshine, Soreang, Kabupaten Bandung, Selasa (14/10/2025).

Sekretaris Kemendukbangga/Sekretaris Utama BKKBN, Prof. Budi Setiyono, menjelaskan bahwa evaluasi Quick Wins ini merupakan bagian dari langkah konsolidasi bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) KB serta Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) yang berada di bawah koordinasi Perwakilan Kemendukbangga Jawa Barat.

“Evaluasi dan konsolidasi ini dilakukan agar OPD KB bisa memahami konstruksi kebijakan dan program Kemendukbangga untuk dilaksanakan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) yang disiapkan dari Transfer ke Daerah (TKD) APBN berupa Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB), yang ditransfer ke pemerintah daerah,” jelas Prof. Budi Setiyono kepada wartawan seusai menjadi narasumber.

Ia menambahkan, konsolidasi ini juga dilakukan seiring adanya perubahan nomenklatur dari BKKBN menjadi Kemendukbangga. Diharapkan, sinergi yang dibangun mampu memperkuat pencapaian target di masing-masing daerah agar pelaksanaan pembangunan keluarga tetap sesuai dengan peta jalan yang telah ditetapkan.

Prof. Budi menjelaskan bahwa dalam evaluasi tersebut, Kemendukbangga menyoroti lima program prioritas Quick Wins yang menjadi fokus utama pembangunan keluarga berkualitas.

Program pertama berkaitan dengan kependudukan, yaitu pemanfaatan bonus demografi secara maksimal. “Sekarang itu harus bisa kita manfaatkan dengan berbagai macam program, guna memastikan mereka yang berada di usia produktif itu bisa mengaktualisasikan produktivitas mereka,” ujar Budi.

Ia mencontohkan, salah satu tantangan yang dihadapi adalah kondisi perempuan pekerja yang terpaksa mengundurkan diri karena memiliki anak. Untuk itu, Kemendukbangga menyiapkan program prioritas kedua, yaitu Tamasya (Taman Asuh Sayang Anak).

“Nah, untuk mengatasi kondisi ibu pekerja seperti ini, kami memiliki program prioritas kedua bernama Tamasya, Taman Asuh Sayang Anak, agar ibu-ibu yang punya anak kecil ini tidak harus mengundurkan diri dari pekerjaannya, tapi bisa menitipkan anaknya itu ke Tamasya ini, tanpa harus meragukan kualitas asuhnya,” terang Budi.

Program Tamasya ini juga dilengkapi dengan pelatihan, sertifikasi, serta pembinaan dan monitoring kepada penyedia layanan Tamasya di seluruh Indonesia. “Total sekarang jumlah Tamasya itu sudah mencapai 3.000 lebih. Dengan Tamasya ini kita harapkan bisa mendongkrak angka partisipasi kerja perempuan,” katanya.

Selanjutnya, program ketiga adalah GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia), yang bertujuan mendorong peran ayah sebagai figur teladan dalam keluarga.

Program keempat, Sidaya (Lansia Berdaya), difokuskan untuk memberdayakan penduduk lanjut usia agar tetap sehat, produktif, dan mandiri tanpa harus bergantung pada generasi muda. “Program Sidaya ini juga ditujukan agar Gen Z kita bisa memiliki keleluasaan dalam mengaktualisasikan diri dengan bekerja sesuai keinginannya, dan yang paling penting mereka tidak jadi terbebani oleh generasi yang sudah lansia,” ujar Budi.

Kemendukbangga juga menegaskan dukungannya terhadap proses kapitalisasi bonus demografi melalui Program DAK BOKB (Dana Alokasi Khusus Bantuan Operasional Keluarga Berencana).

Selain itu, untuk mempersiapkan generasi emas 2045, Kemendukbangga menempatkan penurunan angka stunting sebagai prioritas kelima melalui Program Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting).

“Syukur-syukur nanti sampai 2029 prevalensi stunting-nya itu bisa di bawah 10%, bahkan lebih, atau di 2045 harus bisa di bawah 5% prevalensinya,” ucap Budi.

Program Genting ini memanfaatkan data Keluarga Berisiko Stunting (KBS) agar pencegahan dapat dilakukan secara tepat sasaran. Upaya tersebut juga dilakukan melalui konvergensi program bersama Badan Gizi Nasional (BGN) dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG), terutama bagi kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD.

“Sehingga dari situ kita harapkan prevalensi stunting bisa kita tekan, agar tidak ada lagi orang yang selama hidupnya itu menderita stunting dan menjadi beban bagi orang lain,” tandas Budi.

 

Menurutnya, anak yang lahir dalam keadaan stunting tidak memiliki kesempatan optimal untuk tumbuh normal, baik dari sisi kesehatan, psikomotorik, maupun psikologis. “Akibatnya mereka berpotensi untuk menjadi orang yang membebani orang lain. Nah, makanya itu kita cegah melalui program Genting,” pungkasnya.***

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.