Beranda Menteri Wihaji: Keberhasilan Jabar Turunkan Stunting Jadi Kunci Nasional

Menteri Wihaji: Keberhasilan Jabar Turunkan Stunting Jadi Kunci Nasional

Oleh, Redaksi
11 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN RI, Wihaji

SuaraGarut.id - Keberhasilan Jawa Barat menurunkan angka prevalensi stunting sebesar 5,8 persen mendapatkan apresiasi langsung dari Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN RI, Wihaji. Menurutnya, capaian ini memberi kontribusi signifikan terhadap penurunan angka stunting nasional, yang kini berada di bawah 20 persen untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia.

“Prevalensi stunting nasional turun dari 21,5 persen menjadi 19,8 persen. Ini sejarah. Dan Jawa Barat punya andil besar karena berhasil menurunkan angka stunting menjadi 15,9 persen. Artinya sudah di bawah rata-rata nasional,” kata Wihaji dalam peluncuran Gerakan Sehati di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Selasa (17/6/2025).

Gerakan Sehat dan Atasi Stunting (Sehati) yang diluncurkan di Pangalengan merupakan bentuk dukungan terhadap program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), yang menjadi salah satu program prioritas Kemendukbangga dan BKKBN. Dalam peluncuran tersebut, dilakukan kolaborasi dengan PT Perkebunan Nusantara 1 (PTPN 1) sebagai mitra pendukung.

Melalui program ini, PTPN 1 akan menjadi orang tua asuh bagi 200 keluarga berisiko stunting (KRS) yang berada di sekitar wilayah perkebunan. Kelompok sasaran utamanya adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia di bawah dua tahun atau baduta yang tengah menjalani masa 1.000 hari pertama kehidupan.

“Kalau kita ingin menurunkan stunting nasional, urus Jawa Barat. Karena jumlah penduduknya paling banyak, lebih dari 50 juta jiwa. Kalau Jawa Barat aman, stunting nasional pasti ikut turun,” jelas Wihaji.

Ia menegaskan bahwa perhatian terhadap anak-anak baduta sangat krusial karena jika sudah melewati usia dua tahun dalam kondisi stunting, pemulihan akan sangat sulit. “Kalau aman dua tahun pertama, berarti anak tersebut punya masa depan yang lebih baik,” ujarnya.

Selain faktor gizi dan akses air bersih, Wihaji menekankan pentingnya pencegahan pernikahan dini sebagai bagian dari strategi penanggulangan stunting. Menurutnya, pernikahan usia muda memiliki kontribusi besar terhadap meningkatnya angka stunting di berbagai daerah.

“Pernikahan dini itu hampir 99,9 persen memicu stunting, meskipun sudah diberi makanan bergizi dan air bersih. Ditambah lagi dengan pola asuh yang salah. Anak diasuh asisten yang penting tidak menangis, tapi gizinya tidak terpenuhi,” katanya dalam dialog dengan warga.

Wihaji juga menitipkan pesan khusus kepada penerima bantuan agar bantuan pangan yang diberikan dikonsumsi sesuai peruntukannya.

“Saya titip kepada ibu-ibu, makanan bergizi yang diberikan itu untuk anaknya, untuk dirinya sendiri jika sedang hamil atau menyusui. Jangan sampai yang makan justru bapaknya,” ujar Wihaji berseloroh disambut tawa warga dan hadirin.

Ia berharap keberhasilan Jawa Barat dapat menjadi inspirasi bagi provinsi lain dalam percepatan penurunan stunting menuju target nasional sebesar 14 persen pada 2029.***

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.