Angka Pernikahan di Indonesia Turun : Banyak Wanita Mandiri, sedikit Pria Mapan
Suara Garut - Angka pernikahan di Indonesia turun 128 ribu dibandingkan 2022 menjadi 1,6 juta tahun lalu, menurut data Badan Pusat Statistik atau BPS. Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga atau FISIP UNAIR Bagong Suyanto menilai, jumlah perempuan mandiri yang meningkat menjadi salah satu alasannya.
Data BPS 2024 menunjukkan angka pernikahan di Jakarta turun 4.000, Jawa Barat 29 ribu, Jawa Tengah 21 ribu, dan Jawa Timur sekitar 13 ribu. Secara keseluruhan di Indonesia, jumlah perkawinan turun 28,63% dalam 10 tahun terakhir.
Bagong Suyanto menilai salah satu penyebab penurunan angka pernikahan yakni semakin terbukanya peluang perempuan untuk mengembangkan potensi diri. “Angka itu turun karena kesempatan perempuan untuk bersekolah dan bekerja semakin terbuka lebar. Ketergantungan perempuan juga menurun,” kata Bagong dikutip dari laman resmi UNAIR.
Angka persentase perempuan sebagai tenaga profesional menurut data BPS sebagai berikut:
2010: 44,02%
2011: 45,75%
2012: 45,22%
2013: 44,82%
2014: 45,61%
2015: 46,03%
2016: 47,59%
2017: 46,31%
2018: 47,02%
2019: 47,46%
2020: 48,76%
2021: 49,99%
2022: 48,65%
2023: 49,53%
Selain itu, jumlah laki-laki dengan kondisi ekonomi mapan yang tidak banyak menjadi faktor lain penurunan angka pernikahan. “Sebab, sekarang mencari pekerjaan semakin sulit,” ujar Bagong.
Berikut ciri-ciri kondisi ekonomi mapan menurut HSBC dan Pegadaian:
- Memiliki rumah sendiri
- Sudah menyisihkan dana pendidikan anak
- Mampu membayar tagihan dan cicilan tepat waktu tanpa mengganggu arus kas atau cashflow keuangan pribadi
- Mulai berinvestasi, karena mengindikasikan pendapatan lebih tinggi ketimbang pengeluaran
- Memulai bisnis sendiri
- Tidak terikat utang
- Memiliki dana darurat
Menurut Guru Besar Sosiologi UNAIR itu, fenomena angka penurunan pernikahan karena jumlah perempuan yang mandiri meningkat merupakan hal yang wajar terjadi. “Ini konsekuensi yang tidak terhindarkan,” ujar nya.
Akan tetapi, penurunan angka pernikahan dalam waktu yang lama berpotensi menurunkan angka kelahiran.
“Menurunnya angka pernikahan itu wajar. Tidak ada yang harus diperbaiki. Tapi yang penting memastikan hal ini berdampak positif untuk memberdayakan perempuan dan masyarakat,”. Bagong berharap fenomena tersebut memberikan dampak positif kepada masyarakat.
“Menurunnya angka pernikahan harus beriringan dengan meningkatnya modal sosial masyarakat,”.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.