Beranda BMKG Prediksi Suhu Dingin Masih Akan Terjadi Hingga September 2025

BMKG Prediksi Suhu Dingin Masih Akan Terjadi Hingga September 2025

Oleh, Redaksi
12 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Ilustrasi suhu dingin/BPBD Purworejo

SuaraGarut.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena suhu dingin atau bediding masih akan berlangsung hingga September 2025.

Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Linda Firotul, di Malang, Jawa Timur, Minggu, mengatakan bahwa fenomena bediding dipicu oleh kemunculan angin timuran.

"Bediding ini diakibatkan karena saat ini berada di musim kemarau dengan ditandai adanya dominasi angin timuran yang bersifat kering dan dingin. Fenomena ini biasa terjadi pada bulan Juli sampai September 2025," kata Linda, melansir dari Antara.

Kemunculan angin timuran didukung dengan kondisi langit yang cerah, yang mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer pada malam hari.

"Prakiraannya awal kemarau pada April, Mei dan Juni, tapi ada beberapa wilayah terkena dampak hujan akibat gangguan atmosfer, seperti (gelombang) rossby, kelvin, madeen-julian (MJO) yang berakibat mundurnya musim kemarau. Kalau di Malang Raya, kemarau sekitar Mei dasarian III sampai Juni dasarian I," ujar dia.

Menurut Linda, cuaca hujan di beberapa daerah turut menyebabkan suhu udara terasa lebih dingin.

"Karena membawa massa udara dingin dari awan ke permukaan dan menghalangi pemanasan sinar matahari. Kalau rata-rata 30 tahun dari 1991 sampai 2020 itu sekitar 17-20 derajat Celsius," ucapnya.

Di wilayah Malang Raya, suhu udara minimum tercatat berkisar antara 16 derajat hingga 20 derajat Celsius.

Dia juga memperkirakan puncak bediding akan terjadi pada Agustus dengan suhu udara yang diprediksi lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

"(Suhu udara) antara 13 derajat sampai 15 derajat Celsius. Kalau Juli 2025, suhu minimum berkisar 17 derajat sampai 20 derajat Celsius dan maksimalnya antara 26 derajat sampai 28 derajat Celsius," ujar dia.

Fenomena bediding dapat menyebabkan embun beku atau embun upas di dataran tinggi, terutama kawasan pegunungan.

Kondisi ini terjadi di antaranya di Ranupane, bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

 

"Itu bisa terjadi apabila langit cerah, angin tenang (tidak berhembus kencang), dan kelembapannya tinggi," kata dia.***

Sumber Antara

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.